Hukum Berbohong Bagi Politikus
Makna Islam Terpecah 73 Golongan, dan Siapa yang Selamat?
Assalamualaykum wa rahmatullah wa barakatuh.
ustadz yg dirahmati ALLAH, saya ingin menanyakan arti surat al anbiyaa ayat 93. apakah ayat tersebut mengindikasikan bahwa agama islam memang terpecah menjadi 73 bagian? sebab saya pernah mendengar tentang hal tersebut. apabila memang benar yg manakah yg harus saya ikuti? adakah ciri2 dari ajaran ALLAH yg paling benar dan sesuai dengan syariat yg diajarkan nabi Muhammad SAW. terima kasih atas penjelasan ustadz
Arti Menolong Agama Allah
Assalamualaikum wr. wb.
Saya pernah mendengar ceramah di Radio yaitu masalah menolong Agama Allah yang tertera pada Al-Quran Surat Al-Hajj ayat 40, Surat Al-Hadiid ayat25 dan Surat Muhammad ayat 7.
Pertanyaannya:
Apa yang dimaksud dalam surat-surat tersebut diatas ” Menolong Agama Allah ” ?
Apakah Hamas atau Palestina membela negara atau Agama ?
Terima kasih atas pencerahannya
Wassalamu’alaikum wr, wb.
Waalaikumussalam Wr Wb
وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya : “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa,” (QS. Al Hajj : 40)
Ath Thobari mengatakan bahwa makna dari “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.” Yaitu Allah swt pasti meonolong orang-orang yang berperang di jalan-Nya agar kalimat-Nya tinggi terhadap musuh-musuh-Nya. Maka makna pertolongan Allah kepada hamba-Nya adalah bantuan-Nya kepadanya sedangkan makna pertolongan hamba-Nya kepada Allah adalah jihad orang itu dijalan-Nya untuk meninggikan kalimat-Nya.” (Tafsir At Thobari juz XVII hal 651)
Sedangkan al Qurthubi mengatakan bahwa maknanya adalah orang yang menolong agama dan nabi-Nya. (al Jami’ li Ahkamil Qur’an juz XII hal 386)
وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya : “dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid : 25)
Sayyid Qutb mengatakan bahwa “dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya..” Adalah isyarat untuk berjihad dengan menggunakan senjata. Permasalahan ini diletakkan dalam ayat yang berbicara tentang pengorbanan jiwa dan harta.
Tatkala berbicara tentang “Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” Kemudian Allah melanjutkannya dengan menjelaskan makna pertolongan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menolong manhaj dan da’wah-Nya, adapun Allah swt tidaklah membutuhkan pertolongan dari mereka. “Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (Fii Zhilalil Qur’an juz VI hal 4395)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya.” Orang yang menolong Allah swt dan Rasul-Nya dengan memiliki keinginannya membawa senjata. “Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” adalah Dia swt menolong orang yang menolong-Nya yang sebetulnya Dia swt tidak membutuhkan pertolongan dari manusia. Adapun disyariatkannya jihad adalah untuk menguji sebagian kalian dari sebagian yang lain.” (Tafsir Ibnu Katsir juz VIII hal 28)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Artinya : “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Sayyid Qutb mengatakan,”Bagaimana orang-orang beriman menolong Allah sehingga mereka menegakkan persyaratan dan mendapatkan apa yang disyaratkan bagi mereka berupa kemenangan dan diteguhkan kedudukan ?” Beliau melanjutkan,”Sesungguhnya mereka memurnikan Allah dalam hati mereka dan tidak menyekutukan-nya dengan sesuatu baik syirik yang nyata maupun yang tersembunyi serta tidak menyisakan seseorang atau sesuatu pun bersama-Nya didalam dirinya. Dia menjadikan Allah lebih dicintai dari apapun yang dia cintai dan sukai serta meneguhkan hukum-Nya dalam keinginan, aktivitas, diam, saat sembunyi-sembunyi, terang-terangan maupun saat malunya, maka Allah akan menolongnya dalam diri mereka.
Sesungguhnya Allah memiliki syariat dan manhaj kehidupan yang tegak diatas prinsip-prinsip, aturan-aturan, nilai-nilai dan tashawwur khusus bagi seluruh makhluk yang ada maupun bagi kehidupan. Dan pertolongan Allah akan terealisasi dengan menolong syariat dan manhaj-Nya dan berupaya untuk menegakkan hukumnya didalam seluruh kehidupan tanpa kecuali, inilah menolong Allah dalam realita kehidupan.
Mari sebentar kita menengok firman Allah “Dan orang-orang yang berperang di jalan Allah.” serta “jika kamu menolong (agama) Allah”.. Terdapat dua kondisi yaitu kondisi perang dan kondisi menang dan hal itu disyaratkan dilakukan hanya karena Allah dan di jalan Allah, ini adalah syiar yang sudah menjadi aksioma.
Sesungguhnya tidak ada jihad, syahid, dan surga kecuali ketika jihad itu dijalan Allah saja, kematiannya dijalan-Nya saja dan menolong-Nya saja baik didalam jiwa maupun didalam manhaj kehidupan.
Tidak ada jihad, syahid dan surga kecuali jika tujuannya agar kalimat Allah tinggi dan menjadikan syariat dan manhaj-Nya menguasai hati, akhlak, prilaku, kondisi, perundang-undangan dan aturan-aturan mereka.
Dari Abu Musa berkata,”Rasulullah saw pernah ditanya tentang seseorang yang berperang dengan gagah, dan untuk fanatisme kesukuan, karena riya, yang manakah yang disebut berperang dijalan Allah ? Beliau menjawab,”Siapa yang berperang agar kalimat Allah tinggi maka dialah orang yang berperang dijalan Allah.”
Sedangkan makna “, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Maksudnya adalah diteguhkan dalam kemenangan dan berbagai pembiayaannya.. karena kemenangan bukanlah akhir peperangan antara kufur dengan iman, antara batil dan hak, dan untuk menang memerlukan pembiayaan dalam setiap jiwa maupun dalam realita kehidupan. Untuk menang memerlukan pembiayaan yaitu tidak sombong dan tidak menganggap remeh. Banyak jiwa mampu tetap teguh terhadap suatu ujian dan cobaan namun sedikit yang tetap teguh terhadap kemenangan dan kenikmatan. Keshalehan dan keteguhan hati diatas kebenaran setelah kemenangan merupakan derajat lain dibalik kemenangan dan barangkali inilah yang ditunjukkan oleh ungkapan yang ada didalam Al Qyr’an. (Fii Zhilali Qur’an juz VI hal 3288 – 3289)
Apa yang disampaikan oleh para mufasir tentang makna kemenangan diatas menjelaskan kepada kita bahwa Allah swt berjanji untuk senantiasa menolong orang-orang yang menolong-Nya.
Sesungguhnyta Allah tidaklah membutuhkan pertolongan sedikitpun dari hamba maupun makhluk-Nya karena Dia adalah Yang maha Kuat lagi Maha Perkasa. Namun Allah swt ingin menguji diantara hamba-hamba-Nya mana yang memang layak untuk mendapatkan pertolongan dari-Nya.
Adapun pertolongan yang Allah inginkan terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman adalah :
1. Menolong Rasul-Nya dalam menyebarkan dan meneguhkan agama dan risalah yang dibawanya ditengah-tengah manusia sehingga ia berada diatas seluruh agama yang ada di muka bumi ini.
2. Menolong agamanya dengan berupaya menerapkan syariat dan manhaj-Nya sehingga menguasai dunia dan mewarnai seluruh sendi-sendinya dengan nilai-nilai kebaikan yang ada didalamnya mengalahkan berbagai nilai-nilai jahiliyah yang rendah.
Dan kedua hal tersebut hanya bisa dilakukan dengan cara berjihad di jalan Allah swt mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi yaitu berperang di jalan Allah, sebagaimana maksud dari kata tersebut yang ada didalam ayat-ayat Al Qur’an. Dan jihad yang Allah inginkan bukanlah yang dilakukan hanya semata-mata untuk menampilkan kegagahan, keberanian yang ada dalam diri seseorang saat berjihad, atau bukan pula yang dilakukan semata-mata karena fanatisme kedaerahan, kebangsaan atau kelompoknya atau bukan juga karena ingin mendapat pujian dan sanjungan seseorang. Untuk itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang yang berjihad di jalan Allah, yaitu :
1. Ikhlas karena Allah swt
Hadits Abu Musa diatas menjelaskan pentingnya keikhlasan dalam berjihad di jalan Allah sehingga apa yang telah dikorbankan dan dikeluarkan selama persiapan hingga saat berjihadnya tidaklah menjadi sia-sia dikarenakan ketidak-ikhlasannya dalam melakukan hal-hal tersebut.
Bukankah Rasulullah saw telah bersabda,”Sesungguhnya Amal perbuatan seseorang tergantung dari niatnya.” (HR. Bukhori Muslim)
2. Mencintai Allah diatas dari yang lainnya.
Sulit bagi seseorang keluar dari rumah dan meninggalkan keluarga serta apa yang dimilikinya untuk berjihad dijalan Allah ketika hatinya masih terpaut kuat dengan itu semua. Kecintaan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya lah yang menjadikan dia rela mengorbankan apa saja yang dimilikinya dengan hanya mengharap ridho dan surga dari-Nya.
3. Menggunakan persenjataan.
Diantara yang disyariatkan dalam setiap amal perbuatan adalah ikhtiyar (usaha) manusia, begitu pula dalam berjihad dijalan Allah. Meskipun Allah swt Maha Kuasa atas segala sesuatunya, termasuk memenangkan perjuangan hamba-hamba-Nya yang beriman namun Allah ingin melihat usaha yang dilakukan mereka untuk memenuhi persyaratan-persyaratan dalam mendapatkan kemenangan tersebut. Dan diantara usaha yang harus dilakukannya adalah mempersiapkan persenjataan untuk menghadapi kekuatan musuh,
Demikianlah yang bisa disimpulkan dari beberapa ayat diatas yang berbicara tentang pertolongan Allah kepada kaum mukminin.
Adapun pertanyaan kedua tentang HAMAS dan perjuangan di Palestina, telah saya sampaikan dalam rubrik ini dengan judul “Manhaj dan Aqidah HAMAS”.
Wallahu A’lam
Mestikah Muslim Itu Harus Berjenggot?
Pak Ustadz yang dimuliakan Allah….
Bagaimana sebenarnya hukum mencukur atau merapikan jenggot (termasuk brewok)? Karena, ada sebagian teman yang mengharamkan dan sebagian yang lain membolehkannya (makruh,red). Terima kasih.
Wassalaamu’alaikum wr. wb.
Penanya kedua:
Isteri saya mengancam minta cerai jika saya tidak mau mencukur jenggot. Mana yang lebih didahulukan antara keharmonisan suami isteri dengan memelihara sunnah berjenggot?
Waalaikumussalam Wr. Wb.
Hukum Mencukur Jenggot
Alasan Jin Merasuki Manusia
Eramuslim.com – salam ustaz, ana ada pengalaman mengubat seorg akhwat yg diganggu jin.baru2 ni jin tu dtg lagi sewaktu akhwat tu tido.tujuan kedtgannya utk mengurangkan sakit akhwat ana ni disebabkan bekas2 peninggalan jin2 lepas yg pernah masuk di badannya.. apa yg ana nak kongsikan di sini ana berpeluang bercakap dgn jin ni.dia seorg budak 8 tahun.ana berborak dgn dia macam ana layan budak2.ana ada tanyakan kenapa dia boleh dtg dan pergi beberapa kali dlm badan akhwat tu.dia kata semuanya atas izin Allah.dan ana percaya jin ni adlh seorg muslim. ana teruskan bertanya beberapa solan.antaranya tentang jodoh.ana sekadar bercerita padanya yg ana udah lama buat istikharah tp xpasti udah diberi petunjuk @ belum.ana ada sebutkan nama lelaki tu.dia menjawab,lelaki tu soleh tapi ada yg lebih soleh.dia sebutkan satu nama yg baru.nama sepupu kepada akhwat tu.akhwat tu tak pernah mension nama si syabab ni.ana pun tak kenal siapa laki tu.ana tanyakan beberapa hal tentang si syabab pd jin tu…. keesokan harinya,ana tanyakan beberapa perkara ttg si syabab tu pada akhwat.semuanya di iyakan oleh akhwat tu.yg pasti dia tak sedar apa sj yg berlaku setiap kali jin singgah di badannya.dia tanya pada ana mcmn boleh tau semua perihal syabab tu.barulah ana ceritakan apa yg berlaku semlm…
jadi,persoalan sekarang adakah ana boleh percaya apa yg berlaku?.ana beriman pada perkara ghaib dan semua rukun2 iman yg lain.apakah tanda @ perkara yg Allah nak sampaikan di sini?asif,sekadar minta masukan…jazakillah
Waalaikumussalam Wr Wb
Ummu Aiman yang dimuliakan Allah swt
Masuknya jin kedalam tubuh manusia telah ditegaskan Al Qur’an, sunnah dan juga kesepakatan para ulama ahli sunnah. Firman Allah swt :
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُواْ إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.” (QS. Al Baqoroh : 275)
Al Qurthubi mengatakan bahwa ayat ini merupakan dalil atas kerusakan dan pengingkaran atas orang-orang yang mengingakari adanya kerasukan yang disebabkan oleh jin dan menganggap bahwa hal itu hanyalah sesuatu yang alami dan bahwa setan tidaklah berjalan didalam (tubuh) manusia sehingga tidak ada kerasukan seperti orang gila dikarenakan jin. (al Jami’ Li Ahkam al Qur’an juz III hal 355)
Didalam hadits Shafiyah binti Huyay disebutkan sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya setan mengalir didalam tubuh manusia seperti aliran darah.” (HR. Muslim)
Adapun sebab jin itu sering keluar masuk ke dalam tubuh akhwat itu bisa jadi dikarenakan hawa nafsu, syahwat atau rasa cinta jin atau sebab-sebab lainnya seperti yang dikatakan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah didalam kitab “Majmu’ al Fatawa (13/39)” : “Sesungguhnya masuknya jin ke dalam tubuh manusia terkadang disebabkan suatu syahwat, hawa nafsu, rasa cinta yang sangat sebagaimana yang terjadi antara manusia dengan manusia.. dan terkadang juga—kebanyakan—dikarenakan rasa benci atau dendam seperti perlakuan sebagian orang yang menyakiti mereka atau mereka menganggap bahwa seseorang dengan sengaja telah menyakiti mereka dengan mengencingi sebagian mereka atau menyiram dengan air panas atau membunuh sebagian mereka walaupun manusia tidak mengetahui hal itu. Dan jin juga memiliki sifat bodoh dan zhalim sehingga membalasnya dengan sesuatu yang berlebihan dari yang seharusnya. Atau juga (masuknya mereka ke tubuh manusia) dikarenakan keisengan sebagian mereka dan perbuatan jahat sepertihanyal manusia-manusia bodoh.”
Meskipun jin yang masuk kedalam tubuh akhwat itu mengaku muslim dihadapan anda namun sesungguhnya anda tidaklah benar-benar mengetahui apakah betul dia jin muslim atau bukan? Anda juga tidak mengetahui apakah jin itu berkata benar atau berbohong karena dari mereka ada jin-jin yang beriman dan ada pula yang kafir, ada yang taat dan ada pula yang maksiat.
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا
Artinya : “Dan sesungguhnya di antara kami ada yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. Al jin : 11)
وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُوْلَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا
Artinya : “Dan sesungguhnya di antara kami ada yang taat dan ada (pula) yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, Maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.” (QS. Al Jin : 14)
Ada kemungkinan jin-jin yang kafir atau pelaku maksiat melakukan berbagai kebohongan-kebohongan meskipun hal yang dikatakannya itu terkadang benar, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori tentang pertarungan Abu Hurairoh dengan jin hingga tiga malam lalu Rasulullah bersabda,’Sesungguhnya ia berkata benar, meskipun ia pembohong yang terpaksa. Wahai Abu Hurairoh! tahukah kamu dengan siapa engkau berbicara pada tiga malam lalu itu?’ Aku menjawab,’tidak.’ Beliau saw menjawab,’Itu adalah jin dari golongan setan.” (HR. Bukhori). (baca : Gangguan Makhluk Halus Pencuri Uang)
Karena sebab-sebab itu maka tidak seharusnya bagi anda untuk bertanya tentang jodoh atau permasalahan-permasalahan lainnya kepada jin yang merasuk kedalam tubuh akhwat itu dan tidak pula membenarkan berbagai berita atau informasi yang diberikan olehnya. Hendaklah anda bertanya kepada para para ahli dari kalangan manusia.
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
Artinya : “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al Jin : 6)
Dan terhadap akhwat yang tubuhnya senantiasa dimasuki oleh jin itu hendaklah segera dilakukan penyembuhan secara intensif dengan ruqyah syar’iyah dan jika anda bisa berdialog dengan jin tersebut saat penyembuhan maka mintalah jin itu untuk segera meninggalkan tubuhnya dan ingatkanlah bahwa apa yang dilakukannya adalah menyakiti akhwat tersebut.
Jika jin itu tidak bersedia untuk keluar dari tubuhnya maka ancamlah dengan ayat-ayat Al Qur’an yang dapat membakarnya kemudian ketika jin itu sudah menyerah maka mintalah agar dia berjanji atas nama Allah bahwa dia tidak akan kembali menggangu akhwat itu atau pun manusia lainnya dan jika dia kembali mengganggunya maka murka dan adzab Allah menimpanya.
Wallahu A’lam
Ustadz Sigit Pranowo
Bila ingin memiliki karya beliau dari kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab , silahkan kunjungi link ini :
Resensi Buku : Fiqh Kontemporer yang membahas 100 Solusi Masalah Kehidupan…
Surat Yaasin Dibacakan Menjelang atau Setelah Kematian Seseorang?
Pa ustadz, kalau membaca surat yaasin bagusnya pada malam apa?
apa saja keutamaannya?
Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Asep yang dirahmati Allah swt
Diantara hadits yang menyebutkan keutamaan pembacaan surat yasin ini disebutkan didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad dari Ma’qal bin Yasar dari Nabis aw bersabda,”Bacalah kepada (orang yang menjelang) kematiannya surat yasiin.”
Al ‘Alamah Abu ath Thayib Abadiy mengatakan bahwa hal itu adalah terhadap orang yang menjelang kematiannya. Barangkali dengan membacakannya maka hal itu akan memudahkannya saat menghadapi sakaratul maut karena didalam surat itu disebutkan nama Allah swt, keadaan hari kiamat dan hari kebangkitan.
Imam ar Rozi mengatakan didalam “At Tafsirul Kabir” bahwa perintah membacakan surat yasin terhadap orang yang dekat dengan kematiannya ini juga berdasarkan sabdanya saw,”Segala sesuatu memiliki jantung dan jantung al Qur’an itu adalah yasin.”
Hal itu dikarenakan keadaan lidah pada saat itu sangatlah lemah berbeda dengan hati secara keseluruhannya mampu menghadap Allah. Oleh karena itu dibacakanlah kepadanya sesuatu yang dapat menambah kekuatan hatinya dan menyandarkan kejujurannya dengan yang pokok, yaitu amal dan fungsinya. (Aunul Ma’bud juz VIII hal 279)
Ibnu Katsir meyebutkan didalam tafsirnya bahwa sebagian ulama mengatakan,”Diantara kekhususan surat ini adalah tidaklah seseorang membaca surat ini dalam keadaan sulit kecuali Allah akan memberikan kemudahan kepadanya. Dan sepertihalnya ketika surat ini dibacakan terhadap orang yang menjelang kematiannya maka akan turun kepadanya rahmat dan keberkahan dan untuk memberikan kemudahan keluarnya ruh dari jasadnya.”
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah bercerita kepada kami Abdul Mughirah,”Telah bercerita kepada kami Shafwan berkata bahwa para syeikh telah mengatakan,”Apabila dibacakan—surat yasin—terhadap orang yang menjelang kematian maka akan diringankan bebannya. (Tafsir al Qur’anil Azhim juz VI hal 562)
Hadits-hadits lain tentang keutamaan surat yasin seperti sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang membaca yasin maka Allah akan tuliskan pembacaannya itu sama dengan membaca al qur’an sepuluh kali selain yasin.” Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib yaitu diriwayatkan hanya oleh satu orang saja.
Sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang membaca yasin pada suatu malam dengan mengharapkan wajah Allah maka dia akan diampuni.” (HR. Malik, Ibnus Sunni dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban) dan hadits dinyatakan lemah oleh Imam al Haitsami.
Tentang keutamaan membaca yasin ini telah diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Siapa yang membaca surat yasin pada suatu malam maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni. Siapa yang membaca hamiim yang didalamnya disebutkan ad dukhan maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni.” Ibnul Jauzi pun menyatakan bahwa seluruh jalan hadits ini adalah batil yang tidak memiliki dasar. (al Maudhu’at juz I hal 247)
Didalam hadits-hadits yang menyatakan pembacaan yasiin pada suatu malam—meskipun sebagiannya lemah atau bahkan maudhu’—disebutkan secara mutlak atau tidak ada pengkhususan pembacaannya pada malam-malam tertentu, seperti malam jum’at atau malam lainnya.
Hal itu sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda,”Janganlah kamu mengkhususkan malam jum’at dengan suatu qiyam (shalat malam) diantara malam-malam lainnya. Janganlah kamu mengkhususkan hari jum’at dengan puasa tertentu diantara hari-hari lainnya kecuali apabila hari itu bertepatan dengan puasa salah seorang diantaramu.” (HR. Muslim)
Wallahu a’lam
Ustadz Sigit Pranowo
Bila ingin memiliki karya beliau dari kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab , silahkan kunjungi link ini :
Resensi Buku : Fiqh Kontemporer yang membahas 100 Solusi Masalah Kehidupan…
Hukum Mengenai Berzina Dengan Isteri Orang
saya ingin bertanya apa hukumnya bila seseorang berzina dengan seorang wanita yang bukan istrinya dan apakah dosanya akan diampuni oleh allah ?
terima kasih ustadz atas pencerahannya.
wassalamu’alaikum
Waalaikumussalam Wr Wb
Zina termasuk diantara dosa-dosa besar yang diharamkan Allah swt baik dilakukan oleh seorang yang belum menikah maupun yang sudah menikah, sebagaimana firman Allah swt :
وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra : 32)
Imam Bukhori meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh seorang wanita mu’min yang suci berbuat zina”.
Sedangkan sangsi seorang pezina yang telah menikah lebih berat dari yang belum menikah yaitu dibunuh dengan cara dirajam karena orang itu telah mengetahui dan merasakan kenikmatan dari jima’ dengan pasangannya baik suami atau istrinya melalui suatu akad pernikahan yang sah menurut syari’at. Sedangkan bagi orang yang belum menikah dihukum cambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun, sebagaiman dalil-dalil berikut :
1. Firman Allah swt :
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُم بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (QS. An Nuur : 2)
2. Dari Abu Hurairoh ra bahwasanya Rasulullah saw pernah memberikan hukuman kepada orang yang berzina (belum menikah) dengan hukuman dibuang (diasingkan) satu tahun dan pukulan seratus kali.” (HR. Bukhori)
3. Rasulullah saw menanyakan kepada seorang laki-laki yang mengaku berzina,”Apakah engkau seorang muhshon (sudah menikah)? Orang itu menjawab,’Ya’. Kemudian Nabi bersabda lagi,’Bawalah orang ini dan rajamlah.” (HR Bukhori Muslim)
Namun demikian Allah swt Maha Pengampun dan Maha penerima taubat hamba-hamba-Nya yang mau kembali kepada-Nya, bertaubat dengan taubat nasuha, yaitu : memohon ampunan kepada-Nya, menyesali perbuatan buruknya itu, bertekad untuk tidak mengulanginya di masa-masa yang akan datang dan melakukan berbagai amal shaleh, sebagaimana firman Allah swt :
Artinya : “Dan sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS. Thaha : 82)
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata; saya mendengar Rasulullah saw berkata: “Allah tabaraka wa ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, tidaklah engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku melainkan Aku ampuni dosa yang ada padamu dan Aku tidak perduli, wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu telah mencapai setinggi langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku niscaya aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan kepenuh bumi kemudian engkau menemui-Ku dengan tidak mensekutukan sesuatu dengan-Ku niscaya aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi.” Abu Isa berkata; hadits adalah hadits hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini.
Untuk itu tidak sepatutnya seorang yang telah melakukan suatu dosa sekali pun ia adalah dosa besar berputus asa karena pintu taubat masih terus dibuka selama nyawa belum berada di tenggorokan dan selama matahari belum terbit dari barat. Bahkan Allah swt menjanjikan bagi setiap orang yang berdosa lalu bertaubat dengan sebenar-benarnya akan dihapuskan kesalahannya itu bagaikan seorang yang tidak dosa serta memberikan kemenangan baginya di akherat dengan surga-Nya.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS. At Tahrim : 8)
Artinya : “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur : 31)
Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu ‘Ubaidah bin Abdullah dari ayahnya dia berkata; Rasulullah saw bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosa, bagaikan seorang yang tidak berdosa.”
Kemudian hendaklah si pelaku setelah bertaubat tidak membuka aibnya itu kepada siapapun setelah Allah menutupi aibnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw ,”Setiap umatku mendapat pemaafan kecuali orang yang menceritakan (aibnya sendiri). Sesungguhnya diantara perbuatan menceritakan aib sendiri adalah seorang yang melakukan suatu perbuatan (dosa) di malam hari dan sudah ditutupi oleh Allah swt kemudian dipagi harinya dia sendiri membuka apa yang ditutupi Allah itu.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Wallahu A’lam
-Ustadz Sigit Pranowo,Lc-
Bila ingin memiliki karya beliau dari kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab , silahkan kunjungi link ini :
Resensi Buku : Fiqh Kontemporer yang membahas 100 Solusi Masalah Kehidupan…
Doa dan Amalan untuk Orang Tua yang Sudah Meninggal
Assalamualaikum Warohmatuloh Wabarokatuh.
Ustadz Sigit yang dirahmati Allah SWT
Ayah saya sudah meninggal 2 tahun lalu karena sakit.
Sebelumnya beliau sakit stroke selama 2 tahun tidak bisa shalat dan puasa, kami sudah mencoba menuntunnya utk sholat tp beliau hanya mampu sebentar saja.
Kami selalu menjaga dan merawatnya , namun pada saat akhir hayatnya kami sedang tertidur karena lelah , dan beliau meninggal tidak ada yang menemani dan tidak ada yang menuntunnya menyebut asma Allah. Saya sangat menyesal,
Apa yang dapat saya lakukan untuk menebus rasa penyesalan saya ini, doa apa dan amalan apa yang dapat saya berikan untuk membantu ayah saya selama di alam kubur hingga hari perhitungan nanti.
Karena saya merasa apa yg saya lakukanselama merawat beliau belum cukup untuk membalas jasa 2x beliau kepada saya.
Jazakumullah Ustadz
Wassalamualaikum wrwb
Jawaban
Waalaikumussalam Wr Wb
Semoga Allah swt mengampuni segala dosa ayah anda, merahmatinya, memaafkan kesalahan-kesalahannya, memuliakan kedudukannya, melapangkan kuburnya dan memasukkannya bersama orang-orang shaleh di surga-Nya.
Berbakti kepada orang tua menempati posisi yang tinggi didalam islam. Hal itu ditunjukkan dengan perintah berbuat baik kepadanya mengikuti perintah beribadah hanya kepada Allah swt saja, seperti disebutkan didalam firman-Nya.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra : 23)
Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya dilakukan ketika dia masih hidup akan tetapi juga setelah dia meninggal dunia.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As Sa’idi ia berkata, “Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari bani Salamah datang kepada beliau.
Laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada ruang untuk aku berbuat baik kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal?” beliau menjawab: “Ya. Mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan wasiatnya, menyambung jalinan silaturahim mereka dan memuliakan teman mereka.”
Meskipun hadits ini lemah namun dalam hal ini bisa diamalkan.
Beberapa perbuatan baik yang bisa dilakukan terhadap orang tua yang telah meninggal dunia, di antaranya :
1. Mendoakan dan memohonkan ampunan baginya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga, hamba itu kemudian berkata; ‘Wahai Rabb, dari mana semua ini? ‘ maka Allah berfirman; ‘Dari istighfar anakmu.'”
Di antara bentuk-bentuk doa dan permohonan ampunan tersebut adalah :
ROBBIGH FIRLI WA LIWALIDAYYA
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
Artinya : “Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku.” (QS. Nuh : 28)
ROBBIRHAMHUMA KAMAA ROBBAYANI SHOGHIRO
وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya : “Dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al Isra : 24)
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari dari Jubair bin Nufair ia mendengarnya berkata, saya mendengar Auf bin Malik berkata; Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menshalatkan jenazah, dan saya hafal do’a yang beliau ucapkan:
“ALLAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA ‘AAFIHI WA’FU ‘ANHU WA AKRIM NUZULAHU WA WASSI’ MUDKHALAHU WAGHSILHU BILMAA`I WATS TSALJI WAL BARADI WA NAQQIHI MINAL KHATHAAYAA KAMAA NAQQAITATS TSAUBAL ABYADLA MINAD DANASI WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN MIN DAARIHI WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI WA ADKHILHUL JANNATA WA A’IDZHU MIN ‘ADZAABIL QABRI AU MIN ‘ADZAABIN NAAR
(Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan maafkanlah ia, muliakanlah tempat kembalinya, lapangkan kuburnyak, bersihkanlah ia dengan air, salju dan air yang sejuk. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagana Engkau telah membersihkan pakaian putih dari kotoran, dan gantilah rumahnya -di dunia- dengan rumah yang lebih baik -di akhirat- serta gantilah keluarganya -di dunia- dengan keluarga yang lebih baik, dan pasangan di dunia dengan yang lebih baik. Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu dan lindungilah ia dari siksa kubur atau siksa api neraka).”
Hingga saya berangan seandainya saya saja yang menjadi mayit itu.
2. Melaksanakan wasiatnya
Dengan catatan, selama wasiat tersebut tidak memerintahkan kemaksiatan terhadap Allah swt dan tidak bertentangan dengan hukum syariat, sebagaimana firman Allah swt :
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِن تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ
Artinya : “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqoroh : 180)
Imam Bukhori meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mendengar dan taat adalah haq (kewajiban) selama tidak diperintah berbuat maksiat. Apabila diperintah berbuat maksiat maka tidak ada (kewajiban) untuk mendengar dan taat”.
3. Menghubungkan tali silaturahim orang tua yang telah meninggal serta berbuat baik kepada tema-teman dan kerabatnya
Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kebajikan yang utama ialah apabila seseorang melanjutkan hubungan (silaturrahim) dengan keluarga sahabat baik ayahnya.”
Di dalam hadits ini terdapat keutamaan menghubungkan silaturahim kawan-kawan ayah yang telah meninggal, berbuat baik dan memuliakan mereka.
4. Bersedekah atas namannya
Kaum muslimin telah bersepakat bahwa sedekah mengatasnamakan orang yang sudah meninggal maka hal itu akan sampai kepadanya, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dari ‘Aisyah bahwa ada seorang laki-laki berkata, kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Ibuku meninggal dunia dengan mendadak, dan aku menduga seandainya dia sempat berbicara dia akan bersedekah. Apakah dia akan memperoleh pahala jika aku bersedekah untuknya (atas namanya)?”. Beliau menjawab: “Ya, benar”.
Walahu A’lam
Ustadz Sigit Pranowo Lc
Bila ingin memiliki karya beliau dari kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab, silahkan kunjungi link ini : Resensi Buku : Fiqh Kontemporer yang membahas 100 Solusi Masalah Kehidupan…
Selama Hidupnya, Rasulullah Sholat Tarawih Hanya Tiga Kali di Masjid
Eramuslim.com – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof KH Didin Hafidhuddin mengatakan, selama hidupnya, Rasulullah SAW lebih sering melakukan shalat tarawih di rumah. Bahkan, dia menyebut, terhitung hanya tiga kali saja Sang Rasul sholat di masjid.
“Anjuran melakukan sholat ibadah (Tarawih) di masjid, terjadi saat kepemimpinan Sayyidina Umar ra. Di mana, hal tersebut karena ada kekhawatiran muslimin saat itu tak melakukan sholat tarawih,” ujar dia ketika dikonfirmasi Republika, Kamis (23/4).
Oleh sebab itu, dia menegaskan, dengan adanya kekhawatiran Covid-19 ibadah tarawih bisa dilakukan di rumah, baik sendiri maupun berjamaah. Terlebih, hal tersebut juga dicontohkan oleh Rasulullah
“Pada masa pandemi ini lebih baik melakukan sholat tarawih di rumah masing-masing,” tambah dia.
Prof Didin menegaskan, dengan sholat tarawih di rumah juga sekaligus membantu untuk menekan penyebaran wabah yang masih meluas. Ia tak menampik, ada banyak anjuran shalat sunah di rumah. Termasuk untuk tarawih.
Bahkan, dalam beberapa hadist juga disebutkan, bahwa, Nabi Muhammad tak melakukan ibadah tarawih di masjid terlalu sering, karena kekhawatirannya. Utamanya karena khawatir akan dianggap sebagai kewajiban.
Lebih jauh, di Indonesia, untuk mencegah kekhawatiran pandemi, MUI juga telah mengimbau masyarakat untuk melakukan ibadah di rumah. Menurut majelis ulama itu, dengan melakukan ibadah shalat tarawih di rumah, tak akan mengurangi esensi dari bulan suci ramadhan. Sebaliknya, justru akan menghentikan rantai penularan Covid-19. (rol)
Penjelasan Alquran tentang Zulqarnain
assalamualaikum bang,…………………saya ingin bertanya sedikit tentang sosok Dzulqarnain dalam Al Quran…dari sebuah majalah yang saya baca dikatakan bahwa Dzulqarnain adalah seorang yang hidup di masa Nabi Ibrahim dan dia adalah seorang Arab……..tapi jujur saja saya masih merasa ragu,iseng2 saya buka internet,ada sebuah artikel yang mengatakan bahwa Dzulqarnain itu adalah Cyrus The Great (549-530 BC),seorang raja Persia dari dinasti Achaemenid…salah satu yang mendukung pendapat ini adalah Sayyid Abul A’la Maududi…kira2 mana yang benar?..mohon jawabannya..terima kasih
Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Ari yang dimuliakan Allah swt
Tentang Dzulqornain ini telah dibicarakan Allah swt didalam firman-Nya :
وَيَسْأَلُونَكَ عَن ذِي الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُم مِّنْهُ ذِكْرًا ﴿٨٣﴾
إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِن كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا ﴿٨٤﴾
Artinya : “Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya”. Sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,” (QS. Al Kahfi : 83 – 84)
Ibnu Jarir menyebutkan tentang ini dan al Umawi di dalam “al Maghozi” sebuah hadits lemah dari Uqbah bin ‘Amir bahwa seorang Yahudi pernah mendatangi Nabi saw dan bertanya tentang Dzulqornain. Lalu Beliau saw memberitahukannya kepada mereka,’Ia adalah seorang pemuda yang berasal dari Romawi, Bani Alexander. Dia dibawa naik oleh para malaikat langit dan pergi menuju ke as Sad (gunung) dari sini dia melihat kaum yang wajahnya seperti muka anjing..”.. hadits ini panjang dan tidak benar jika sampai ke Rasulullah saw. Didalamnya banyak berita yang berasal dari Bani Israil. Yang mengagetkan lagi bahwa Abu Zur’ah ar Roziy—dengan segala kemampuan yang dimilikinya—menyantumkan hadits ini secara lengkap didalam kitabnya “Dalail an Nubuwah”, sungguh aneh.
Didalamnya terdapat sebuah kelicikan bahwa Dzulqornain berasal Romawi. Yang berasal dari Romawi adalah Aleksander II anak Philips al Maqduniy yang tercatat didalam sejarah Romawi. Adapun yang I—disebutkan al Azroqi dan yang lainnya—pernah melakukan thawaf bersama Nabi Ibrahim as, orang yang mengimani dan mengikutinya. Bersamanya terdapat Khaidir as. Adapun yang kedua adalah Alexander putra dari Philips al Maqduniy al Yunani, menterinya adalah Aristoteles, seorang filosof terkenal. Wallahu A’lam. Dialah yang tercatat di sejarah kerajaan Romawi tiga ratus tahun sebelum Isa al Masih as.
Adapun yang I adalah yang disebutkan didalam Al Qur’an pada zaman Ibrahim as, sebagaimana disebutkan al Azroqi dan yang lainnya bahwa dia melakukan thawaf bersamanya mengelilingi rumah yang tua itu (Baitullah) tatkala dibangun oleh Ibrahim as dan menyerahkan qurban kepada Allah swt, hal ini telah disebutkan didalam kitab “Al Bidayah wa an Nihayah”. (Tafsir Al Quran al Azhim juz V hal 190)
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah juga membantah pendapat yang mengatakan bahwa Dzulqornain yang disebutkan didalam Al Qur’an adalah Alexander yang memiliki menteri bernama Aristoteles.
Beliau mengatakan bahwa hal itu adalah bagian dari kebodohan mereka. Sesungguhnya Alexander yang bermentrikan Arostoteles adalah anak dari Philips al Maqduni yang tercatat didalam sejarah Romawi yang terkenal dikalangan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sesungguhnya dia (Alexander) pergi menuju tanah al Quds dan tidak pernah sampai ke as Sad dan dia adalah seorang musyrik penyembah berhala, demikian pula dengan Aristoteles dan kaumnya, mereka adalah orang-orang musyrik penyembah berhala.
Sedangkan Dzulqornain adalah seorang yang bertauhid, beriman kepada Allah, dan muncul lebih dahulu darinya. Orang-orang yang menamakannya dengan Alexander mengatakan bahwa dia adalah Alexander putra dari Daron. (Ar Rod ala al Manthiqin hal 186)
Sementara itu Al Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan didalam kitabnya “Fathul Bari” pendapat-pendapat ulama tentang nama dari dzulqornain ini, diantaranya :
1. Abdullah bin adh Dhahak bin Ma’ad bin ‘Adnan, sebagaimana diriwayatkan ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas dan Al Hafizh menilai bahwa sanadnya sangatlah lemah.
2. Ash Sho’b.
3. Al Mundzir bin Abi al Qois salah seorang Raja Hiroh sedangkan ibunya adalah Mawiyah binti ‘Auf bin Jasym.
4. Ash Sho’b bin Qorn bin Hamal salah seorang Raja Hamir.
5. Alexander putra Philips, demikian menurut Ath Thobari meskipun pendapat ini telah terbantahkan sebagaimana penjelasan diatas.
6. Philips, pendapat ini dikuatkan oleh al Mas’udiy.
7. Al Humaisya’ sebagaimana disebutkan oleh al Hamdaniy. Kunyahnya adalah Abu Ash Sho’b, ia adalah Ibnu ‘Amr bin ‘Uraib bin Zaid bin Kahlan bin Saba’
8. Abdullah bin Qorin bin Manshur bin Abdullah bin al Azd.
Dari nama-nama tersebut yang paling kuat menurut al Hafizh adalah ash Sho’b berdasarkan syair-syair kuno peninggalan para pujangga seperti syair Umru’ al Qois, Aus bin Hajar, Thurfah bin al Aid dan yang lainnya.
Dan jika dikatakan bahwa Dzulqornain yang disebutkan didalam Surat Al Kahfi adalah Cyrus yang agung, seorang raja Parsia maka ini tidaklah tepat. Karena Dzulqornain adalah keturunan bangsa Arab, sebagaimana disebutkan didalam “Fathul Bari” sedangkan Persia bukan termasuk bangsa arab.
Kemudian Dzulqornain hidup pada masa Nabi Ibrahim as dan jarak waktu antara Ibrahim as dengan kelahiran Isa as adalah lebih dari 2000 tahun, demikian disebutkan Al Hafizh Ibnu Hajar sementara Cyrus baru hidup pada lima ratus tahun sebelum kelahiran Isa as.
Didalam sejarah Palestina disebutkan bahwa Cyrus (Bangsia Arab sering menyebutnya dengan Kursy) pada 538 SM berhasil menaklukan Babilonia dan berhasil membebaskan orang-orang Yahudi yang ditawan bangsa Romawi sewaktu Bukhtanshar (Nekbukat Nazar) menduduki Palestina dan menghancurkan negara Yahudza (586 SM). Lalu sebagian dari orang-orang Yahudi yang telah dibebaskan Cyrus itu memilih kembali ke palestina. (Lihat : Asal Usul Yahudi dan Tanah Palestina). Hal ini berarti bahwa Cyrus hidup setelah masa Sulaiman as dan jauh setelah Ibrahim as.
Wallahu A’lam
Berpuasa Setiap Hari Ketika Adanya Ancaman, Mudharat dan Kemiskinan, Boleh?
Eramuslim@UstadMenjawab
Ustadz, ana ingin tanyakan…
Bolehkah puasa sunah setiap hari?
Misal dalam kondisi kekhawatiran adanya ancaman “makanan” mudharat dalam tahanan/penjara atau pun dalam kondisi keterbatasan materi yang untuk makan normal setiap hari teramat berat?
Adakah contoh dari Rasulullah atau sahabat yang melakukannya? Mhn jawabannya Ustadz di eramuslim.
Hendi, Balikpapan
Usia Sudah Lanjut, Bagaimana Memulai Hapalkan Quran?
Eramuslim@UstadMenjawab
Assalamu alaikum WrWb
Ustadz yang dihormati…
Saya baru sadar dan insyaf, ingin juga menghapal Quran tapi usia sudah terlanjur sepuh.
Mau tanya aja, gimana cara menghapal Quran bagi manula.. Apa perlu dari arti ayatnya atau gimana baiknya? Agar hapal Mudah dengan metode yg mudah juga…
Dodi ciputat banten
Makna Jin Dibelenggu di Bulan Ramadhan
Eramuslim.com – Assalamualaikum pak ustad,
Saya mohon penjelasan tentang makna surat arro’d:11 yang artinya:
11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Apakah memang benar setiap kita diikuti oleh malaikat2 (selain malaikat pencatat amal). Bagaimana pula dengan hadits yang kalau tidak salah ada yang menerangkan bahwa setiap manusia ada yang mengikuti dari golongan jin, dan kaitannya dengan puasa ramadan,bahwa jin dan syetan dibelenggu?
Terima kasih,
Wassalamu ‘alaikum
Waalaikumussalam Wr Wb
Malaikat Penjaga Manusia